Kamis, 09 Juni 2011

Citra

CITRA
KARYA USMAR ISMAIL
KUMPULAN DRAMA
Perusahaan perkebunan teh “Mega Putih” di lereng gunung Gede berjalan dengan lancar berkat pimpinan Sutopo, anak mendiang Pak Suryo, pemilik usaha perkebunan teh tersebut. Banyak rintangan dan halangan yang dialaminya dari saudara tirinya, Harsono, untuk memajukan perusahaan itu. Namun rintangan itu dapat diatasi dan dihadapinya dengan sabar karena ia sudah terbiasa prihatin dan tabah dengan tempaan masa kecilnya sebagai anak tiri. Harsono selalu dimanja ketika kecil. Ia selalu ingin hidup mewah di kota dan ia selalu menganggap Sutopo tidak punya hak.
Suatu hari pimpinan perusahaan diambil secara paksa oleh Harsono ketika ia dipanggil ibunya pulang. Namun karyawan di perusahaan perkebunan teh tersebut tidak senang dengan Harsono karena sikapnya yang tidak baik, pemboros, tidak sungguh-sungguh, dan senang berfoya-foya. Apalagi setelah mendengar bahwa Harsono telah menodai kehormatan Suryani, gadis pemetik teh. Banyak pula pekerja pemetik teh yang diperlakukan dengan tidak senonoh.
Seorang wanita bernama Sandra, berkat kelihaiannya berhasil memikat Harsono. Dengan senyum manis dan siasatnya dengan Suwanto, membuat banyak uang Harsono yang tergaet. Hal itu berkelanjutan dengan perkawinan mereka. Setelah menjadi suami istri, Sandra mendesak Harsono agar tinggal di Jakarta, bermewah-mewah menikmati kehidupan di kota. Setelah bekal uang yang ia bawa tinggal sedikit, Sandra mulai meminta cerai kepada Harsono.
Dalam keadaan seperti itu, Harsono bingung dan marah kepada Sandra yang bersifat matrealistis. Apalagi setelah Sutopo datang dan memberitahukan bahwa Suryani hamil atas perbuatan Harsono dahulu. Harsono tidak mau mengakui perbuatannya itu. Hampir terjadi perkelahian karena Sutopo meminta Harsono untuk bertanggung jawab, seandainya Sutopo tidak mengalah.
Karena Sandra meminta agar segera diceraikan, Harsono semakin marah dan ia mencekik Sandra hingga meninggal. Dokter yang sering mengobati Sandra menyatakan Sandra meninggal karena penyakit kandungan yang dideritanya. Dengan demikian Harsono terhindar dari tuntutan.
Harsono menyesal dan sedih memikirkan nasibnya. Ia pulang ke Mega Putih untuk melihat ibunya. Sesudah itu ia bermaksud untuk menjauhkan diri karena malu dengan orang-orang Mega Putih. Timbullah kemuliaan hati dan pengorbanan Sutopo untuk menikahi Suryani menggantikan tanggung jawab Haryono demi menjaga nama baik dan kehormatan keluarga Pak Suryo. Kepada ibunya, Harsono mengakui semua kesalahannya yang tidak dapat diperbaiki lagi ke jalan yang benar.
Komentar:
Kumpulan drama Citra mengandung makna tentang balas budi dan pengorbanan seorang anak laki-laki yang merasa berhutang budi kepada bapak tirinya. Tentu saja dalam membalas budi kepada orang yang sangat berjasa bagi kehidupannya, ia rela untuk mengorbankan dirinya demi menutup aib keluarga yang membesarkannya tersebut. Drama ini bukanlah sebuah drama kacangan yang tidak sarat makna. Di dalam kumpulan drama tersebut, terkandung berbagai pelajaran kehidupan yang dapat kita tiru dan kita ambil hikmahnya.
Namun ada juga pelajaran yang tidak boleh kita contoh dalam kumpulan drama tersebut. Seperti tingkah Harsono yang selalu berfoya-foya namun akhirnya menderita. Sehingga dapat menjadi pelajaran bahwa hidup dan kehidupan membutuhkan kerja keras. Harta dan tahta dapat dicari dan akan hilang menunggu masanya. Sifat kerja keras dan pantang menyerah yang ditunjukkan oleh tokoh Sutopo akan membawa keberhasilan dalam kehidupan.
Selain kandungan dalam drama tersebut menarik dan memiliki kedalaman arti, juga terdapat aspek kebahasaan yang mudah dimengerti dan menarik. Percakapan antar tokoh menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami dan tidak menimbulkan makna ganda. Sehingga pantas jika kumpulan drama ini sampai digunakan untuk menyebut piala perfilman Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar