Kamis, 09 Juni 2011

Dua Dunia

DUA DUNIA
KARYA N.H. DINI
KUMPULAN CERPEN
Cerita pendek Dua Dunia menceritakan tentang kisah perjuangan Iswanti, seorang janda muda dengan satu anak. Dalam Dua Dunia, si anak perempuan yang bernama Iswanti tidak berani berbuat sesuatu untuk menyadarkan ibunya dari kesalahannya, yaitu berjudi dan menelantarkan keluarganya atau melaporkan perbuatan ibunya kepada ayahnya karena mungkin saja ibunya melarangnya untuk berbuat demikian. Karena ingin menjadi anak yang berbakti maka dia pun menurut perintah ibunya. Pernikahan Iswanti dengan suami pilihan orang tuanya dapat saja dilandasi dengan kebutuhan orang tuanya akan uang akibat terbelit hutang di sana-sini. Pemikiran demikian didasari oleh perbuatan orang tuanya yang bersedia menerima uang tunjangan anak dari bekas suami Iswanti tanpa berkonsultasi dengannya atau memikirkan kebahagiaan cucu perempuan mereka. Jika demikian, maka kesalahan kembali dibuat oleh kedua orang tuanya, yaitu menikahkan anak perempuan mereka karena desakan ekonomi bukan karena memikirkan kebahagiaan anak.
Dalam keadaan sakit, Iswanti harus berjuang untuk mencari nafkah dan mempertahankan putri semata wayangnya, Kanti, agar tidak jatuh ke tangan mantan suaminya, Darwo. Penderitaan Iswanti sudah bermula ketika dia masih di bawah tanggung jawab orang tuanya, yaitu ketika dia harus mengerjakan tugas-tugas berat yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Didikan dan perlakuan dari orang tuanya yang menganut paham patriarki membawanya dari penderitaan hidup yang satu ke penderitaan hidup yang lain. Perbuatan ibunya yang tidak bertanggung jawab dan suami hasil pilihan orang tuanya, membuat kesengsaraannya semakin berkepanjangan. Semenjak awal kehamilannya, dia harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya berselingkuh di depan matanya sementara ibu mertua selalu menistanya. Sebagai wanita, bukan hanya dari orang tua tetapi juga dari suami dan ibu mertua yang menganut paham patriarki, Iswanti menuai penderitaan.
Iswanti menjadi korban kesewenang-wenangan orang lain, dalam hal ini ibu kandung, suami dan ibu mertuanya. Dia tidak berani berbuat apa-apa untuk melepaskan diri dari intimidasi orang lain dan dia tidak dapat menunjukkan kemarahannya melihat perselingkuhan suami di depan mata. Dapat dikatakan, memberi didikan yang salah kepada anak sama dengan mengkebiri anak sehingga menjadi korban cemoohan dan hinaan orang lain. Anak akan menjadi pasif dan tidak dapat menghargai dirinya sendiri. Dia dapat menghargai orang tua, suami dan orang lain tetapi dia sulit menghargai dirinya sendiri.
Komentar:
Jika disimak dengan benar, dapat disimpulkan bahwa apa yang hendak diangkat Nh. Dini pengarang wanita Jawa ini dalam Dua Dunia adalah wanita dan pria seharusnya dapat menjadi mitra yang baik. Penghalang yang menghadang adalah adanya tradisi patriarki yang mendudukkan pria di posisi lebih tinggi dari wanita sehingga wanita bukan menjadi mitra melainkan obyek dari pria. Pesan yang ingin disampaikan dikemas pengarang wanita Jawa ini dengan apiknya lewat kemarahan tokoh utama wanita yang juga bersuku Jawa. Penggunaan pemain utama yang sama-sama berlatar belakang masyarakat yang mengagungkan patriarki sengaja dilakukan untuk menajamkan pesan. Sekali lagi, apa yang diperjuangkan bukannya agar wanita dianggap lebih hebat dari laki-laki tetapi agar wanita diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki atau diperlakukan yang sama dengan laki-laki karena sebetulnya wanita mempunyai potensi yang sama dengan laki-laki.
Komunikasi harus dijalin,baik antara suami dan istri maupun antara orang tua dan anak perempuannya. Jangan menganggap bahwa anak perempuan tidak mampu memberikan solusi bagi masalah keluarga. Suami istri merupakan satu, saling melengkapi karena suami bukan manusia sempurna yang dapat berbuat salah juga. Istri harus tahu kapan angkat bicara. Komunikasi 2 arah perlu dijalin seperti dalam kelahiran. Untuk dapat menjadi mitra yang baik maka wanita perlu dihargai keberadaannya, diberi kesempatan untuk bicara.
Wanita itu hargailah perasaannya. Berilah ruang lingkup bergerak yang lebih luas bukan hanya menjadi istri dan ibu yang baik, berguna bagi keluarga tapi juga mandiri secara finansial dan berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Keluarga jangan egois. Wanita bukan hanya punya kewajiban tetapi juga hak secara seimbang.
Kemarahan yang ditonjolkan bukan diarahkan kepada orang laki-laki tetapi kepada perbuatan laki-laki yang menindas wanita. Nh. Dini ingin meyadarkan wanita bahwa kemarahan akibat ditindas bukan merupakan sesuatu yang negatif, sesuatu yang harus dihindari tetapi hendaknya menyadarkan wanita untuk bangkit dan menolong diri sendiri agar bebas dari penindasan.
Dapat disimpulkan bahwa Nh. Dini ingin menyadarkan pembaca atau masyarakat bahwa pembedaan status suami dan istri hanyalah menimbulkan penderitaan bagi wanita. Sudah waktunya bagi suami untuk berbesar hati mau berbagi kekuasaan dengan istri demi kebahagiaan keluarga. Nh. Dini juga menekankan bahwa menjadikan istri sebagai obyek tidak menguntungkan suami tetapi malah merugikan karena istri tidak dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin. Intinya, pengarang Jawa ini ingin membuka mata pembaca atau masyarakat bahwa lebih menguntungkan dan membahagiakan jika wanita dan pria menjadi patner daripada menjadi pesaing.

0 komentar:

Posting Komentar