Sabtu, 04 Juni 2011

O Amuk Kapak

Judul: O AMUK KAPAK
Jenis: KUMPULAN PUISI
Karya: SUTARDJI COLZOUM BACHRI
Tahun terbit: 1966-1979
Sinopsis:
O Amuk Kapak merupakan buku kumpulan puisi dari seri O, Amuk, dan Kapak. Namun oleh para penerbit dijadikan satu buku yang berjudul O Amuk Kapak. Buku kumpulan puisi ini terbit pertama kali pada tahun 1966 hingga tahun 1979. Dalam buku kumpulan puisi ini terdapat beberapa puisi dengan gaya bahasa metafora dan simbolik. Ada juga yang bernada satire dengan mengomentari gaya hidup masyarakat yang jauh dari nilai religi, seperti dalam puisi yang berjudul Pot berikut.
POT
Pot apa pot itu pot kaukah pot aku
pot pot pot
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku
pot pot pot
potapapotitu potkaukah potaku?
POT
Dari hasil pemahaman pada 10 puisi Sutardji yang berjudul Ah, Dapatkau, Jadi, Pot, O, Daun, Q, Tapi, Kalian, dan Perjalanan Kubur, dapat diketahui bahwa puisi-puisi tersebut mengandung makna religi dan mengarah pada makna pencarian hakikat ketuhanan. Dengan adanya simbol celengan, mawar, pot, dan sebagainya, pembaca akan mengira bila yang diceritakan oleh penulis bertema cinta. Namun pada kenyataannya ketiga simbol tersebut adalah makna dari maut, makna orang yang yatim. Pencarian hakikat ketuhanan yang dimaksud berupa simbol pencarian kekuatan, daya pikir, dan keyakinan dalam memahami ajaran religi. Dengan demikian puisi-puisi tersebut telah mewakili bahwa puisi-puisi Suradji dalam kumpulan O Amuk Kapak terdapat makna yang menyiratkan proses pengalaman penyair (Sutardji) dalam dunia religi dan ketuhanan. Puisi-puisi Sutardji Ah, Dapatkau, Jadi, Pot, O, Daun, Q, Tapi, Kalian, dan Perjalanan Kubur merupakan contoh karya sastra yang memiliki kontribusi pada aspek batin dan spiritual manusia.
Dengan analisis ini dapat diketahui pula bahwa dunia seni khususnya seni sastra mampu memberikan kontribusi spiritual bagi pembaca maupun penciptanya. Melalui sarana sastra terutama puisi atau sajak, penyair dapat mengungkapkan suasana batin dan segala persoalannya untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan sebagai sutradara dan pemilik alam semesta.
Komentar:
Sosoknya sebagai penyair dapat “mencengangkan“ orang karena demonstratif dan eksentrik. Puisi-puisinya mengejawantah menjadi bunyi-bunyi sugestif dan magis yang keluar dari mulutnya. Gaya bahasa simbolik yang ia gunakan dalam menulis puisi-puisinya menimbulkan banyak penafsiran namun tetap indah dirasakan. Namun pada kenyataannya, puisi yang ditulis oleh Sutardji Colzoum Bachri ini mengandung makna tentang hubungan spiritual antara makhluk Tuhan dengan Tuhannya. Meskipun begitu, puisi ini tidak terkesan absurd karena dalam penggunaan simbol-simbol bahasa yang digunakan tidak mengalihkan makna hakikat ketuhanan itu di puisi-puisinya yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar