Kamis, 02 Juni 2011

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA: HAJI ABDUL MALIK KARIM ABDULLAH (HAMKA)
TERBITAN BALAI PUSTAKA
Zainuddin menjadi orang Mengkasar sekarang. Ceritanya bermula saat ibu pendekar Sutan wafat, menurut adat, seluruh harta warisan menjadi milik pendekar Sutan dan Datuk Mantari Labih. Ketika pendekar Sutan meminta sebagian hartanya untuk bekal pernikahan, terjadilah pertengkaran akibat Datuk Mantari Labih bersifat rakus. Dalam pertengkaran itu Datuk Mantari Labih wafat dan pendekar Sutan dibawa ke Mengkasar sebagai hukuman. Selesai menjalani hukuman, pendekar Sutan menikah dengan gadis Mengkasar, Habibah. Dari pernikahan itu lahirlah Zainuddin. Zainuddin kemudian diasuh Mak Base setelah kedua orang tuanya meninggal.
Ketika berumur 19 tahun, Zainuddin berkeinginan untuk kembali ke tanah moyangnya di desa Batipuh (Minangkabau). Namun, sesampainya di sana ia tidak berhak mendapat gelar suku karena ia dianggap anak pisang. Hati Zainuddin sedih, tapi keadaan menjadi berubah ketika ia berkenalan dengan Hayati, si kembang desa di desa Batipuh itu.
Hubungan asmara Zainuddin dan Hayati menjadi gunjingan orang Batipuh. Datuknya Hayati memanggil Zainuddin. Zainuddin disuruh pergi demi kebaikan Zainuddin sendiri dan Hayati. Sebelum Zainuddin meninggalkan Batipuh, ia berjanji dengan Hayati hanya mautlah yang akan memisahkan. Setelah itu, Zainuddin pergi ke Padang Panjang.
Tidak lama setelah itu, Hayati diundang oleh sahabatnya di Padang Panjang, yaitu Chodijah, untuk melihat pacuan kuda. Aziz, kakak Chodijah, jatuh cinta pada Hayati. Tak lama setelah pacuan kuda itu, keluarga Aziz meminang Hayati. Hayati menerimanya. Bersamaan dengan itu, datang pula lamaran Zainuddin. Tapi, lamarannya ditolak. Maka, perkawinan Aziz dan Hayati berlangsung. Sementara itu, Zainuddin sakit keras dan sering tak sadarkan diri.
Teman Zainuddin yang bernama Muluk menganjurkannya untuk pergi ke pulau Jawa demi mengembangkan bakat mengarangnya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jawa menuju Surabaya. Di Surabaya karir Zainuddin berkembang pesat. Ia telah menjadi sastrawan dan dramawan terkenal.
Sementara itu, Hayati pun berada di Surabaya mengikuti suaminya bekerja. Keadaan keluarga Hayati nyaris berada di ujung perpecahan. Aziz senang berjudi dan main wanita. Aziz meminta bantuan Zainuddin agar diperkenankan tinggal di rumahnya. Zainuddin pun bersedia. Hayati tinggal di rumah Zainuddin sementara Aziz pergi ke Banyuwangi. Namun, terdengar kabar jika Aziz bunuh diri di kamar hotel. Aziz menitipkan pesan yang isinya ingin mengembalikan Hayati kepada Zainuddin.
Zainuddin menolak. Ia masih mengingat masa lalunya yang perih. Zainuddin menyuruh Hayati untuk pulang ke Minangkabau. Sebelum naik ke kapan Van der Wijck, Hayati menitipkan pesan kepada Zainuddin. Melihat ketulusan cinta Hayati, Zainuddin pun tersentuh.
Namun, pada pukul 14.00, Zainuddin mendengar kabar bahwa kapal Van der Wijck tenggelam. Zainuddin dan Muluk menuju Lamongan tempat Hayati dirawat. Hayati akhirnya meninggal. Tetapi ia bahagia karena di akhir hayatnya, ia bisa melihat wajah orang yang dicintainya. Hayati dimakamkan di Surabaya.
Hari-hari Zainuddin pun kelabu. Zainuddin akhirnya meninggal. Ia dimakamkan dekat pemakaman Hayati. Sebelum meninggal, Zainuddin menulis wasiat yang berisi seluruh kekayaannya diwariskan kepada Muluk, dan hartanya yang ada di Mengkasar diwariskan kepada Daeng Masiga, orang yang mengurus hartanya selama ini.
Komentar: novel ini bercerita tentang cinta Zainuddin dan Hayati yang tidak dapat bersatu karena Hayati menikah dengan Aziz. Novel ini menceritakan tragedi kehidupan yang tidak selamanya lurus. Terkadang apa yang kita harapkn tidak selamanya dapat menjadi kenyataan. Meskipun begitu, Zainuddin dapat kembali bersatu dengan Hayati meskipun di alam yang lain. Hal ini memberikan penyadaran diri kepada kita tentang arti cinta sejati yang dilukiskan dengan kesetiaan cinta Zainuddin dan Hayati.

0 komentar:

Posting Komentar